Global Warming (Pemanasan Global)

Sejak dikenalnya ilmu mengenai iklim, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ternyata iklim di Bumi selalu berubah. Dari studi tentang jaman es di masa lalu menunjukkan bahwa iklim bisa berubah dengan sendirinya, dan berubah secara radikal. Apa penyebabnya? Meteor jatuh? Variasi panas Matahari? Gunung meletus yang menyebabkan awan asap? Perubahan arah angin akibat perubahan struktur muka Bumi dan arus laut? Atau karena komposisi udara yang berubah? Atau sebab yang lain?
Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca?

Ada 6 jenis gas sebagai Gas Rumah Kaca (GRK) :

1. Karbondioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batubara dan gas alam).

2. Metana (CH4) berasal dari areal persawahan, pelapukan kayu,timbunan sampah, proses industri dan ekplorasi bahan bakar fosil.

3. Nitrous Oksida (N2O) yang berasal dari kegiatan pertanian /pemupukan, tranportasi dan proses industri.

4. Hidrofluorokarbon (HFCS) berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut dan pemadam kebakaran.

5. Perfluorokarbon (PFCS) berasal dari prose industri.

6. Sulfurheksafluorida (SF6) berasal dari proses industri.


Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca secara signifikan, sehingga menyebabkan akumulasi panas di atmosfer yang mempengaruhi sistem iklim global. Hal ini menyebabkan naiknya temperatur rata-rata bumi yang dikenal sebagai pemanasan global. Pemanasan global yang pada akhirnya meyebabkan terjadinya perubahan iklim seperti suhu udara dan curah hujan.

Dampak negatif apa yang ditimbulkan Perubahan iklim?
1. Mencairnya lapisan es terutama di Kutub Utara dan Selatan yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut.

2. Peningkatan permukaan air laut akan menyebabkan tenggelamnya daerah pesisir dan pulau-pulau kecil.

3. Pengeseran musim
a. Musim kemarau akan berlangsung lama yang mengakibatkan kekeringan.Selain itu potensi kebakaran hutan meningkat.

b. Musim hujan akan berlangsung cepat dengan kecenderungan intensitas curah hujan yang lebih tinggi sehingga mengakibtkan banjir dan tanah longsor.

4. Terjadinya krisis persediaan makanan akibat tingginya potensi gagal panen dan krisis air bersih.

5. Meluas penyebaran penyakit tropis (malaria,demam berdarah dan diare).

6. Hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan suhu di bumi.

Proses pemanasan dan pendinginan global terjadi sejak dulu
 Yang ditakutkan adalah kalau kita menganggap bahwa kalau manusia berhasil mengurangi emisi sampai nol maka diharapkan pasti pemanasan global dapat distop. Ini yang dikhawatirkan.
Karena kalau ini yang ada didalam benak manusia, maka secara naluriah manusia akan mati-matian memerangi pengurangan emsisi gas buang karena dianggap sebagai “musuh utama” atau “penyebab utama” dari fenomena global warming. Sehingga setiap usaha riil (fisik) serta olah otak (berdikusi, konperensi, seminar dll), akan ditargetkan dalam menghadapi global warming hanyalah ke arah pengurangan emisi ini saja.

Seandainya global warming itu merupakan kejadian alam biasa (hanya sebuah siklus panjang), seperti yang terlihat disebelah kiri ini. Maka kita (manusia) harus mempersiapkan segala sesuatu demi menghadapi pemanasan global ini. Persiapan menghadapi pemanasan global ini mirip kalau akan menghadapi musim tahunan saja.
Tetapi kali ini kita akan menghadapi perubahan iklim yang siklusnya mungkin ribuan tahun, jutaan tahun. Global warming-cooling bukanlah siklus satu tahunan saja. Gambar fluktuasi muka air laut disebelah ini, merupakan salah satu manifestasi dari global warming-cooling yang terekspressi pada naik-turunnya muka air laut. Perhatikan bahwa sepanjang hidupnya tinggi muka air laut lebih sering lebih tinggi dari ketinggiannya saat ini.

Yang lebih parah lagi kalau global warming-cooling yang belum pasti akibat manusia ini dibisniskan. Misalnya dengan salah satunya jual beli carbon emisi, seolah jual beli sesuatu yang tidak ada gunanya. Juga adanya pinjaman utang Bank Dunia atau IMF utk mengatasi penggundulan hutan dll, yang seharusnya tidak diperlukan. Semua ini bisa saja nantinya dianggap sebagai jebakan dari negara adidaya dan super power, serta negara maju yang selama ini memakai carbon seenaknya. Dan menjerat hutang ke negara miskin.

Begitu pula Polusi, polusi memang sangat menganggu, tetapi polusi ini menganggu kenyamanan lokal. Polusi tidak hanya asap, polusi dapat juga polusi bahan-bahan radioaktif. Juga polusi bahan beracun akibat aktifitas manusia. Ini tentusaja tetap harus diperangi, namun bukan dalam semangat mengantisipasi global warming.

Demikian juga eksploitasi sumberdaya alam. Pemanfaatan hutan, pemanfaatan air, pemanfaatan minyak bumi, pemanfaatan gas, tambang emas, batubara dan lain-lain memang harus dikelola dengan benar. Tetapi sekali lagi bukan dengan semangat untuk mencegah atau menyetop global warming. Pemanfaatan ini dapat saja dikaitkan dengan global warming dalam artian, bagaimana kita mengantisipasi kedatangannya.

Bagaimana kita mengelola air dimasa bumi semakin panas, bagaimana memanfaatkan listrik dengan baik untuk mengatisipasi suhu yang tinggi. Juga seperti apa seharusnya memanfaatkan hutan supaya tidak menganggu ketika terjadi kebakaran dsb.

Global warming bukan untuk dikurangi, dicegah, atau bahkan distop. Tetapi global warning ini harus diantisipasi bagaimana menghadapinya. Lebih tepatnya kita harus me-mitigasi global warning ini, mirip seperti melakukan mitigasi untuk sebuah gempa. Kita tidak mungkin mencegahnya walaupun kita meneliti dan menganalisanya, bahkan mencoba meramalkannya.